Cup Of Love
Persahabatan
memang indah, seperti yang ku alami sekarang dengan Fira. Ya, kami berdua
berteman sejak kecil, bahkan udah seperti sodara sendiri. Berawal dari kedua
orang tua kami yang bekerja sama di bidang bisnis, pertemanan kami bisa awet hingga
sekarang. Sampei kita menemukan karir masing-masing. Ya, aku bekerja di sebuah
kantor swasta sedangkan Fira, ia membuka sebuah toko cupcake. Meskipun baru
dirintis dua tahun namun cupcake bikinan Fira laris manis terjual setiap
harinya. Aku pun sering bermain ke tempat Fira, dan selalu ia menyediakan
cupcake spesial untukku.
“Hey,..
Fir.” Sapaku.
“Eh
kamu Sil, nih dah aku siapin cupcake yang spesial.”
“Wah,
pasti enak nih. Makasih Fir, kamu emang temenku yang paling perhatian.” Aku
segera menghabiskan cupcake itu. tapi setelah aku liat-liat ada yang aneh ama
si Fira, dia sering senyum-senyum sendiri. Em, aku tau pasti dia lagi jatuh
cinta.
“Woy..
kenapa kamu?” teriakku mengagetkanya.
“Ah,
kamu Sil ngagetin aja.”
“Wah
pasti lagi kesemsem nih, iya nggak? Ngaku!”
“Enggak
kok, Cuma....”
“Cuma
apa?”
“Cuma
lagi seneng aja, tadi ada cowok dateng ke sini. Dia borong cupcake aku,
tapii.......”
“Tapi
kenapa?”
“Dia
beliin buat pacarnya.”
“Eh,,haha
kasian banget kamu. Udah nggak usah diharepinlah.”
“Ah
kamu itu.”
Minggu-minggu
pun berlalu, harapan Fira pada cowok itu pun semakin melunjak. Ya, memang
tampan cowok yang bernama Eza itu.sampei-sampei hampir setiap hari Fira
mengirim cupcake untuk Eza. Hingga suatu hari Fira mendengar kabar kalo Eza
dihianatin pacarnya itu. Fira nggak bisa ngliat si Eza terpuruk dalam
kesedihan, karna Fira nggak brani ngungkapin kalo dia suka ama Eza ia malah
meminta tolong padaku, anehnya ia nggak minta tolong buat jadian ama Eza tapi
ia malah minta tolong ma aku buat ngehibur Eza. Karna Fira sahabat dekatku,
untuknya pasti aku lakukan.
Keesokan
harinya Fira menganalkanku pada Eza, meski aku tau dia nggak iklas
mengenalkanku pada Eza. Tapi ia rela berkorban demi kebahagiaan Eza.
“Za,
kenalin ini Sisil. Sil kenalin ini Eza.” Kami berdua pun saling berkenalan, dan
Fira lalu menyuruh kita untuk jalan berdua. Segera Eza mengajaku jalan. Ia
membukakan pintu mobilnya untukku, sungguh laki-laki dambaan wanita.
“Kamu
mau jalan kemana?” Eza mengawali pembicaraan.
“Em,,
terserah kamu aja deh.” Jawabku.
“Kita
makan malem aja ya.”
“iya.”
Sampailah kita di sebuah rumah makan
mewah yang ternyata sering dikunjungi Eza bersama mantan pacarnya itu si Luna.
Seusai pesan makanan kita berdua duduk di tempat biasa Eza dan Luna duduk.
“Di
rumah makan ini banyak kenangan yang ku ukir bersama Luna.” Tiba-tiba ia
membahas tentang mantan pacarnya itu.
“Si
Luna?”
“Iya,
kamu tau dia?”
“Enggak
kok cuma si Fira aja sering cerita ke aku.”
“Fira?
O ya, emang aku sering curhat ke dia.”
“Kalo
boleh tau kenapa kok Luna ninggalin kamu?”
“Dia
lebih milih Rendra, patner karjaku.”
“Wah
keterlaluan banget tuh cewek.”
“Udah
nggak perlu dibahas lagi kok. Eh ngomong-ngomong hubungan kamu ama Fira apa?”
“Kami
berdua berteman sejak kecil. Bahkan udah kayak sodara sendiri”
“Wah
asik ya punya temen bisa langgeng kaya gitu, andaikan Luna bisa setia kaya
gitu.”
“Udahlah,
mungkin jalan yang diberikan tuhan saat ini memang yang terbaik buat kamu.
Mungkin selain Luna ada lagi yang lebih bisa setia ama kamu.”
“Iya,,
moga aja deh.”
Setelah selesai makan malam Eza
mengantarku ke tempat Fira. Karna udah larut malam si Eza langsung cabut.
Begitu aku masuk.aku cari Fira nggak ada ternyata dia menyendiri dikamarnya.
Aku samperin dia kelihatan sedih, aku tau kalo dia ingin sekali jalan ama Eza.
Aku biarkan dulu ia menyendiri, mungkin memang ia butuh waktu.
Keesokan
harinya aku menghampiri Eza ke kantornya, sampei di depan pintu ruangan Eza
nampak seorang cowok yang tiba-tiba menghalangiku.
“Ets,,
mau kemana?” ucapnya.
“Mau
ketemu Eza.” Jawabku ngotot.
“Dilarang,
Ezanya lagi meeting.”
“Ih,
kamu ngeselin banget sih, aku ada urusan penting nggak kalah penting ama tuh
meeting.”
‘Eh,
eh, kamu cakep-cakep nglunjak ya. Udah dibilang nggak bisa.”
“Huuhh,
nyebelin kamu.”
“Kamu-kamu
aku punya nama lagi.”
“
Siapa nanya?”
“Ih
dasar , kenal di mana si Eza perempuan kaya harimau gini.”
“Apa
kamu bilang? Harimau? Kamu tuh singa.”
“Namaku
Faris, bukan singa.” Tanpa berkata apa-apa aku langsung membalikan badan dan
kuputuskan untuk menunggu Eza di ruang tunngu. Nyebelin bener tuh orang, kok
bisa ya si Eza punya temen kaya dia.
“Nggak
lama kemudian Eza keluar. Aku langsung nyamperin dia,
“Za,
eza aku mau ngomong ama kamu.!”
“Eh
kamu lagi.” Tiba-tiba Faris temenya tadi maen nyaut aja.
“Ada
apa sil?” tanya Eza. Disitu aku langsung nyritain apa yang sebenerya terjadi.
Eza pun langsung paham dan segera ia nyamperin Fira. Lalu Eza menyuruh Faris
untuk mengantarkanku pulang, meski agak terpaksa tapi apa boleh buat.
Keesokan
harinya Eza mengajak Fira makan malam. Nggak lupa Fira memintaku meriasnya agar
tampak kelihatan istimewa di depan Eza.
Tak lama kemudian terdengar suara mobil berhenti, siapa lagi kalo bukan mobil
Eza yang menjemput Fira. Namun begitu aku dan Fira keluar ternyata yang turun
dari mobil si biang kerok Faris.
“Loh
kok kamu? Eza nya mana?” tanya ku sewot.
“Eza
nya nggak bisa jemput, jadi dia nyuruh aku buat jemput Fira.”
“Awasn
lo jangan macem-macem.”
“Udah-udah
jangan Ribut, ati-ati benci bisa jadi
cinta lo.” Sahut Fira.
“Kamu
apa-apa an sih Fir.” Ucapku. Lalu Fira segera naik mobil.
“Awas
hati-hati nyetirnya.” Pesan ku pada
Faris.
“Iya-iya,
Bawel.” Jawap Faris.
Entah tak tau kenapa aku ngrasa suka
denger Faris manggil aku Bawel. Huh berfikir apa aku ini, dia kan cuma cowok
yang nyebelin. Tapi kalo kata-kata Fira bener gimana, Benci bisa jadi Cinta. Ah
mikir apa aku ini.
Tak
berselang lama Fira pulang ke rumah, aku yang sengaja menunggunya di rumahnya
heran kenapa kok ia pulang lebih awal apa nggak jadi makan malam. Dia pulang
sambil menangis pula. Setelah aku tanya ternyata ketika mereka berdua makan
malam si Luna dateng menghampiri Eza dan minta balikan di depan Fira. Melihat
Eza nggak berbuat apa-apa Fira memutuskan pergi dari hadapanya. Nggak hanya itu
Fira juga Sempat menutup tokonya selama beberapa Hari.Lalu besoknya aku janjian
ama Faris disebuah Kafe, kita disitu membahas tentang Fira dan Eza.
“Aku
nggak nyangka Eza setega itu. aku udah berusaha nasehatin dia tapi tetep aja
dia bilang nggak bisa lari dari Luna karna Luna adalah cinta pertamanya.” Ucap
Faris.
“Aku
juga bingun ama Fira, dia terlanjur cinta mati ama Eza. Sampei dia korbanin
nutup toko cuma gara-gara Eza. Aku pengan semua balik lagi kaya semula, ntah
gimana yang penting terbaik buat mereka berdua.” Tiba-tiba Faris memegang
tangan ku dan berkata,
“Sil,
maafin aku ya. Selama ini aku ngira kamu cewek yang cuma bisa nyebalin orang.
Ternyata kamu punya hati sebaik ini, demi sahabat kamu kamu brani nglakuin apa
aja buat dia.” Sejenak aku terkejut nggak nyangka, tapi dengan sentuhan
tangannya itu tiba-tiba aku bisa luluh.
“Iya
Ris, aku juga minta maaf. Aku dah sering bikin kamu kesel. Aku Cuma pengen yang
terbaik aja buat Fira.”
“Ya
udah, besok kita coba nasehatin mereka lagi.”
“Oke,
aku usahain bujuk Fira.” Kami berdua sepakat dengan keputusan itu dan karna
seringya kami berhubungan gara-gara masalah itu kami berdua pun akirnya jadian.
Entah apa yang terjadi, kita berdua ternyata saling suka.
Setelah
aku dan Faris terus menerus membujuk mereka akirnya mereka sadar, si Fira mulai
membuka tokonya lagi dan si Eza memutuskan untuk ninggalin Luna. Hingga suatu
saat aku dan Faris menyusun rencana, kami berdua masing-masing mengajak Fira
dan Eza makan disebuah kefe. Disitu kita mempertemukan mereka.
“Loh,
Fira ama Sisil. Kalian kok ada disini?’ tanya Eza penasaran.
“kalian
yang ngapain disini?” sahut Fira.
“Udah-udah,
kita emang sengaja mempertemukan kalian disini. Iya nggak sayang?” ucap Faris.
“Sayang?”
teriak Eza dan Fira barengan.
“Eh
iya lupa bilang, aku ama Faris udah jadian.” Ucap ku.
“Loh
kamu kok nggak bilang-bilang Sil.” Tanya Fira.
“Udah,
ini nggak penting. Yang penting sekarang kalian berdua nikmatin aja kencanya,
aku ama Sisil mau kencan juga, ok?” mereka berdua hanya tersenyum dan saling
memandang, sedangak kita memilih pergi tak mengganggu mereka. tapi kencan kita
nggak kalah asik kok dengan mereka. ternyata lega juga setelah mempersatukan
dua sejoli, apa lagi yang nyatuin juga saling suka. Ya, aku dan Faris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar